Minggu, 10 Juni 2012

Seandainya aku lelaki Normal

SEANDAINYA manusia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memilih, tentu saja saya tidak ingin terlahir sebagai seorang gay. Terkadang menjadi bahan olok-olokan, dianggap sebagai penyakit jiwa, bahkan tidak jarang dituding merendahkan nilai-nilai kemanusiaan.

Sungguh menyakitkan. Tapi saya sadar semua ini adalah suratan dari-NYA. Tuhan sudah menggariskan takdir saya. Dan, suka atau tidak suka, saya harus menerima kenyataan ini sebagai sebuah kodrat.
Saya adalah anak tertua dari 3 bersaudara dari keluarga berasal dari Kota Probolinggo. Sejak kecil saya merasa ada yang beda  dengan diri saya, dibanding dengan pria pada umumnya. Saya mulai merasakannya ketika masih duduk di bangku SMK Kelas 2. Kalau tidak salah. Kala itu, kelainan yang mulai saya rasakan adalah adanya perasaan suka dengan sesama jenis. Padahal aku baru saja putus denga pacarku sejak menjalinhubungan selama 3 tahunan, Saya kadang merasa aneh dengan diri sendiri, dan bahkan bertanya dalam hati: bukankah saya ini berjenis kelamin laki-laki?

Ketika beranjak Naik ke kelas 3 SMK, batin saya mengatakan kalau saya itu beda dari kebanyakan orang. Saya cari tahu terus tentang diri saya melalui majalah remaja tentang kelainan yang saya miliki. Gejolak dan pencarian saya itu menjadikan saya orang yang pendiam, pemalu sampai akhirnya saya Lulus SMK, saya jatuh cinta pada sahabat saya sendiri dan rasa itulah yang membuat saya tersiksa.
Untuk menghilangkan rasa itu saya banyak banyak membaca dan menyibukan diri. Dengan membaca wawasan saya bertambah dan menjadi percaya diri namun masih menutupi diri saya. Akhirnya selepas SMK saya Bekerja menjadi Pemandu Wisata Didaerah Jawa Timur.dan memulai cinta kasih. Di sini lah kehidupan saya dimulai,

Aku Ingin Sembuh Dari Gay

Aku ingin Sembuh Dari Seorang Homoseksual.
Andaikan saja aku adalah seorang yang normal, mungkin pada umur aku yang sekarang menginjak usia 24 tahun, aku udah merasakan bagaimana rasanya jantung berdebar kencang ketika melihat seorang wanita yang aku cintai, atau ...mungkin aku sudah pernah pusing bagaimana merangkai kata2 indah pada saat aku menulis surat cinta untuk seorang wanita, atau...mungkin aku sedang merasakan bagaimana indahnya dicintai dan mencintai, atau...mungkin aku sudah berkali-kali merasakan putus nyambung dalam pacaran. 

Tapi semuanya itu hanya sebuah "mungkin" dan Hayalan, karena itu tidak aku alami, karena aku pencinta sesama jenis.
Sedih rasanya ketika aku harus berpura-pura menjadi lelaki normal, berpura-pura sudah mempunyai seorang pacar seorang wanita. 
Semakin hancur hati ku ketika aku berusaha untuk menutupi segala kesedihanku yang aku pendam sendiri dengan berpura-pura menjadi seorang pemuda yang ceria dan berusaha untuk selalu tersenyum. aku tak ingin memperlihatkan kerapuhanku pada siapa pun. Aku berusaha tegar, walau sebenarnya Aku sangat rapuh.
Apa bagusnya menjadi seorang yang baik hati seperti aku kalo sesungguhnya aku bukanlah orang benar? Apa bagusnya jika aku baik pada semua orang, peduli kepada semua orang, membawa keceriaan pada semua orang, mudah kasihan pada semua orang, jika aku adalah seorang gay?

Apa yang terjadi bila dunia tahu apa yang sesungguhnya terjadi padaku? Apakah orang tua aku  akan tetap memanggil aku sebagai "anak", apakah sahabat2 ku akan tetap memanggil aku "sahabat" , apakah mereka akan tetap memanggil aku sebagai "saudara" ? 
Dunia mungkin akan menolak aku dan menjauhi aku dan juga menganggapku jijik. Apa hal yang paling menyedihkan ketimbang menerima penolakan dari orang2 disekitar aku, bahkan mungkin keluarga ku sendiri?

Sedih semakin menjadi ketika aku mencintai seorang pria normal. aku  hanya dapat menjadikannya sahabat aku, atau paling tidak aku bisa dekat dengan dia hingga perasaan cinta itu hilang dengan sendirinya. Itu saja juga sudah cukup, karena aku tak ingin menjalin hubungan dengan sesama jenis.
Ingin rasanya suatu hari, ketika aku bangun dari tidur, aku hilang ingatan akan jati diriku sebenarnya. aku jadi lupa kalo aku adalah seorang gay dan aku bisa hidup normal seperti layaknya laki2.

Entah ku  harus marah pada siapa karena kelainan ku ini? Aku tak bisa menyalahkan Tuhan, ortu aku atau bahkan orang2 disekitarku. Tapi aku masih berharap, suatu saat nanti, aku bisa sembuh menjadi laki2 normal, mempunyai seorang istri dan anak2 yang lucu2, ingin ku hidup menjalin kehidupan dan berkeluarga sampai tua. Dan akan bersyukur kepada Tuhan karenanya.